11.49
sms masuk
"mas, rumah kebakaran"
desssh...tertunduk lesu selama kurang dari 3 detik, lalu kepala tegak kembali, berjalan tergesa menuju sebuah tempat di pojok kampus, ATM Center, sembari menekan keypad hp,
"Astaghfirullah, Innalillahi"
Sampai...masuk ke ruangan yang sering saya gunakan untuk "ngadem" di tengah kota hujan Bogor yang panas. Menekan tuts pada mesin ATM,
<masukkan no rek yang dituju
masukkan nominal trnsfer
Rp XXX.XXX, 00
Transaksi berhasil...
keluar dari kotak dingin itu, sambil menekan tuts hp ku,
"mah ambil aja duit di..........., maaf mah, mas cuma punya segitu, dicukupin ya mah"
breg...bersalah...
perjalanan ke rumah kedua atau pertama yah(sekret FORCES)berkhayal...
Pengen punya rumah sederhana, dasar rumah ubin yang dingin, halaman dengan bunga yang tak gampang rusak, jendela yang leber, atap genteng orange tanah liat asli, dinding kuning (seperti cat di Sekolah-sekolah).
Namun, dalam rumah tersebut merupakan bagian sebuah kompleks gedung denga pagar pembatas yang tingginya 2 meter di bagian depan dan 3 meter di sekelilingnya. terdapat plang (di depannya, kokoh, walaupun terliat agak tua, cat hitam bertuiskan "Panti Asuhan Impian Anak Negeri". Halamannya dipenuhi dengan rumput hijau yang agak rusak karena sering dipakai main bola, di samping kanannya nya ada kebun dengan tanaman sawi pokcoy, kangkung dan buncis, yang daunya terkadang bolong dimakan ulat, karena ditanam tanpa pestisida kimia.
Di samping kirinya ada gedung (seperti gedung kelas) namun bedanya berisikan ranjang susun berwarna merah tua. Di atas ranjang, terdapat kasur busa dengan sprei bunga-bungan berwarna merah. Rapih, mulus, dengan bantal bercorak serupa. Menempel di dinding gedung itu menempel lemari yang berisikan buku pelajaran sekolah dasar, tas sekolah, berderet-deret.
Setiap hari, sebelum subuh menjelang, saya akan membangunkan 53 orang anak-anak saya, suaranya khas, serak, tua dan berat.
Setiap hari saya akan melihat anak-anak telah siap memakai pakaian sekolah, berderet di depan meja panjang
"Allahumma bariklanaa fimaa rozaktanaa wakiinaa azabannar"
"Makan yah, makan bu"
maka dimualailah acara yang sakral itu, sarapan, dengan nasi goreng sawi (hasil kebun) buatan istriku, tak banyak cakap anak-anak makan, cepat, lahap tanpa sisa.
Menjelang senja akan terlihat keramaian di halaman, teriakan anak-anak main bola, dan teriakan isteriku yang memanggil mereka untuk lekas mandi. Di kebun aku dan sebagian anak-anakku memberi tetesan air pada tanaman-tanaman yang sudah seharian terjemur, anak-anak berderet menjinjing ember air dari kolam ikan gurame kami,
Selepas maghrib, terdengar ramai suara bacaan ayat-ayat Al Qur'an dari mushola kami, terdengan pula suara beratku, yang tak berhenti memotivasi anak-anakku agar "tidak minder" pada orang luar. Kukatakan pada mereka:
"nak, ayah dulu juga seperti kalian, persis, namun dengan sedikit perjuangan saja, dan guyuran Ridha Allah yang sungguh luar biasa, ayah bisa jadi seperti ini"
tak ingin muluk khayalanku, aku hanya ingin mendirikan Panti Asuhan, sekedar Panti Asuhan untuk anak-anak yatim piatu, dengan dana murni dari perasan keringat kerjaku,
Amin ya Rabb...
Teringat aku yang sekarang belum mampu membahagiakan Mamah, Alin dan Reka, yang begitu mengharapkan mas sekaligus bapaknya ini,
Ya Rabb...
Sungguh besar dosaku...
sms masuk
"mas tangan alin kebakar"
....
12.31
One response to Khayalan, Indikasi Kenyataan
impian kamu panti asuhannya, impianku rumah belajar gratis untuk mereka... namanya sekolah alam mimpi..
ada yang menulis, ada yang melukis, ada yang memasak, ada yang menjahit...
akan menjadi pemandangan yang indah bagi suamiku yang baru pulang kerja :)
Posting Komentar