Aku pernah menangis;
Saat tsunami, gempa, gunung meletus, longsor, dan banjir memporak-porandakan indahnya lansekap negeri ini, saat anggota DPR bersitegang, saling meneriaki, memaki, menghardik sampai anarkis hanya karena tumpukan ego sektoral di pundak individualistis mereka, saat timnas sepak bola Indonesia gagal lolos ke futaran final piala Asia untuk pertama kalinya sejak 1996, saat darah mahasiswa berulang kali menetes di jaket almamater merah, lagi hanya karena ego sektoral di fakultas mereka, saat melihat bangsa ini menggeleng saat ditanya siapa itu multatuli atau menkokesra kita sekarang. siapa saat konsep pendidikan negeri ini hanya mengubah kondisi fisik bangsanya bukan moral bangsa ini untuk menjadi lebih baik, saat uang hanya menjadi satu-satunya motivasi bangsa untuk menjadi pemimpin bangsa ini, saat bangsa hanya mengeluh atas apa yang ada tanpa melakukan apapun,
Tapi kawan, aku pernah tersenyum,
Saat melihat adikku umur 7 tahun yang hapal semua syair lagu kebangsaan, saat motor kak Syahroni terlihat kumuh hanya karena banyak sampah yang ia temui di jalan lalu ia pungut dan selipkan di jepitan motornya, saat keringat kak Amin mengucur hanya karena ia ingin kami mengetahui bagaimana ruwetnya kondisi pasar di bogor, saat melihat muka kak Tunggul pucat hanya karena berjuang melawan DBD yang dideritanya, saat melihat rambut kak Al yang tak terurus hanya karena tak ingin RISEDU memiliki etos kerja yang rendah, melihat bagaimana pulsa Zimam habis hanya untuk jarkom agar FORCES angkatan 7 datang ke sekret, saat mbak Riska migrain karena terlalu memikirkan akan dibawa kemana FORCES, saat mbak Ririn bertindak sangat sabar hanya untuk mengajari Zimam bahasa Inggris, saat mbak Ayu tega menanggalkan gengsi menagih kami agar membayar uang iuran, saat rambut kak Agus yang berbelah tengah mengikuti zaman untuk membuktikan bahwa FORCES tidak ketinggalan daam hal fashion, kurus mengasaat kak urat leher kak Madun tegang hanya agar nyanyian dangdutnya menghibur kami yang sedang suntuk, saat celana kak Reza di gulung sebelah, mungkin beliau lupa karena tergesa-gesa agar tidak terlambat datang rapat dengan FORCES, saat mbak Tika yang terlalu eksis di depan kamera hanya agar orang luar mengatahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kepercayaan diri yang tinggi,
Kecil memang yang mereka lakukan, tapi bukankah itu yang sekarang sulit dilakukan bangsa ini? Menghargai sejarah, fokus, pengabdian, disiplin, integritas, toleransi, optimisme dan PeDe,
"Mulai dari diri sendiri, dari sekarang dan dari yang kecil..." Gymnastiar (2010)
Ibu pertiwi kami siap mengabdi...
Ibu Pertiwi Kami Siap Mengabdi
Senin, 19 April 2010
Posted in My nation
Posting Komentar