Memberi :)

BTW, udah banyak yang disiapin buat bulan puasa, gimana diengan diri gua nih? Huehehehe. Oke Taqoballahu minna wa minkum, minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin, semog Ramadhan ini kita lalui dengan hati yang bersih dan suci.

Banyak orang bahkan termasuk aku, menghendaki keadaan sekitar dalam kondisi baik dan sesuai dengan standar harmoni dirinya. Semisal aku yang menghendaki agar ndak banyak orang berkeluh kesah, menghendaki ndak banyak orang yang terlambat, menghendaki ndak banyak orang yang membuang sampah sembarangan, ndak menghendaki orang pake tato, dan ndak ndak lainnya yang kalu ditulis butuh lebih dari 1 kertas karung untuk menampungnya. Lebih lanjut, aku menghendaki semua komponen kehidupan bergerak dalam koridor harmoni yang sesuai dengan harmoni hatiku.

Kalau aku ke kanan, pokoknya semua harus ke kanan, kalau aku ke Randublatung, pokoknya semua harus ke Randu blatung. Pokoknya pengen semuanya ekselen.



Akibatnya kekecewaan banyak menggelembung dalam hati ini. Kecewa, ketika banyak timbul orang yang mengeluh, kecewa ketika banyak orang yang terlambat, kecewa ini, kecewa itu dan serangkaian kekecewaan lain karena “tak puas dengan keadaan”. Dalam tataran konteks teknis kekecawaan ini tampak pada status fb yang galau, memaki bahkan menghardik seseorang dengan inisial, raut muka yang cemberut, tak bersahabat dan seperti lempitan di ujung sarung guling, berkerut, ndak enak dilihat, baik oleh sesama manusia maupun pencipta manusia, Allah.

Namun, ada satu kata tanya yang apabila dijawab dapat menjadi obat kecewa itu. Sayang seribu empat ratus tiga sayang, kata itu biasanya tenggelem dalam egoisme kita (yang ndak merasa maaf yah huehehe). Kata itu biasanya keburu hilang karena letupan marah kita yang udah nyampe ubun-ubun. Kadang juga ilang gitu aja, kayak rasa lapar yang hilang saat kita liat IPK yang menakjubkan *atau malah sebaliknya menakutkan, huehehehe.

Kata tanya itu adalah: “mengapa?”

Saat ada orang terlambat kita lupa menanyakan, “mengapa terlambat?” siapa tau orang yang terlambat hpnya ndak ada pulsa, lagi di tengah hutan jadi ndak bisa minjem hp orang, pas udah nyampe luar hutan beli pulsa, eh malah hp nya mati baterenya habis, lupa bawa charger, pas udah ada pinjeman charger dan siap mau nyarjer, ndak ada colokan, udah ketemu colokan di pinggir jalan, belum sempet nyolok, dia ngeliat nenek-nenek jadi korban tabrak lari, harus segera dibawa kerumah sakit dan hanya ada dia disitu. Eh pas nenek-neneknya udah nyampe rumah sakit, hp nya ilang, yah ilang, dia lupa naro hpnya dimana tadi.


Akhir cerita, telat dah dan ndak konfirmasi. *rumit ya ceritanya?.

Kadang memang kita harus banyak mendengar dan menerima dari pada berbicara dan menuntut. Biarkan hati mengembalikan fitrah diri.

NB: yang suka telat jangan pake alesan di atas ya, buat yang lebih kreatif lagi! J huehehehe

Jumat, 29 Juli 2011

Posting Komentar

Arsip Blog