Awan mendung akan menjadi putih kembali, kembali terang hingga jalan depan asrama berdebu kembali. Memekakkan mata.
Sedikit kecewa sih, sudah tak seperti dulu, tapi apa guna kecewa? kecewa bahkan tak akan membuat Arsenal ke tangga juara EPL musim ini, tetapi masih bisa musim depan. Masih ada harapan. Kecewa juga tak akan membuat Epson kembali berjaya di dunia per-printeran. Kecewa tak akan membuat buku Kiky menjadi Kiki. Kecewa tak akan membuat kereta berjalan kembali ke Stasiun. Bahkan kecewa tak akan membuat akselerasi pada glukoneogenesis.
Mengajarkan "a", memperlihatkan "a", hingga perlahan aku perlahan mengubah "x" menjadi "c", mencerna kembali "c" menjadi "b", akhirnya transformasi mendekati "a", bahkan telak aku "a". Presisten dengan "a", beberapa waktu, bahkan bersama memperjuangkan dan meneriakkan "a" di depan tanaman hias milik departemen AGH.
Pernah bersama mengatakan bahwa suatu keputusan yang salah bahwa Kaka pinda ke Real Madrid. Bareng juga mengatakan bahwa Laskar Pelangi merupakan film fiksi yang mengalami disparitas jauh dari realitas.
Masih ingat, ketika itu, minum, mengkonsumsi "es", sampai "es" pun menjadi "a". Semua dikonsep dan dipandang dari point of view "a". Intinya begitu tergila dengan "a".
Namanya juga manusia, perlahan menggelinding seperti roda milik mobil Webber, awalnya di samping kanan, kini di bawah, suatu saat mungkin di kanan lagi. Hingga aku melihat(nya) sekarang. Sangat subjektif sebenarnya, namun apakah ada yang lebih objektif dari subjektif?. Selayaknya "a" pun berubah perlahan. Mulai berhias dan menjadi "d". Tak apa lah toh aku masih punya Twitter.
Namun aku tetap "a", bersama kak Bowo dan mbak Tiwik. :D
Kembali Menjadi
Minggu, 25 September 2011
Posted in My Self
Posting Komentar