Jeram

Nak, semangat itu seperti air yang mengalir pada jeram. Kadang berada di titik nadir sekeliling, sejajar dengan dasar humus, namun terkadang juga meloncat begitu tinggi hingga mengenai sangkar burung. Yang selama ini ayah tau, itulah sifat manusia. Labil.

Nak, bagi ayah, yang terpenting dalam pengelolaan semangat adalah bangkit. Bangkit dari keadaan “mendelep” ke form semangat maksimum. Ibaratnya seperti sebuah pegas pada bagian bawah tuts keyboard yang akan mengembalikan tuts ke keadaan seperti semual. Ayah akan bercerita tentang rasa ayah. Rasa bagaimana menelurkan (kembali) semangat saat yang hampir berhibernasi.

Sungguh sebuah nikmat yang tak terkira, ayah memiliki banyak teman yang begitu inspiratif. Jujur, ayah bukan apa-apa dibanding mereka.

Contohnya, teman-teman organisasi ayah lebih memiliki kemampuan manajerial dibanding ayah. Beberapa diantara mereka memiliki prestasi lebih baik dari ayah. Beberapa dari mereka lebih sering tersenyum dari pada ayah. Beberapa dari mereka menulis lebih rajin daripada ayah. Bahkan bisa dipastikan, saat organisasi ayah sedang peak of kegiatan mereka memiliki semangat berlipat-lipat jauh lebih besar dari ayah.

Ayah juga punya teman-teman kelas. Memang terkadang suka ribut. Suka usil. Bahkan terkadang suka makan mi instan (heuhehehe). Beberapa dari mereka lebih peduli pada sesamanya dibanding ayah. Beberapa dari mereka lebih ganteng dari ayah. Beberapa dari mereka lebih hafal cut off ukuran antopometri dibanding ayah. Bahkan nak, semua dari mereka jauh lebih rajin dari ayah. Semua dari mereka jauh lebih memprioritaskan tugas kuliah dan materi ujian ketimbang hal-hal lain daripada ayah. Percayalah.

Banyak lagi teman-teman asrama ayah, yang (sebenarnya) ndak lebih ganteng pada ayah. Namun mereka lebih rajin mengupdate twitter-nya di banding ayah. Beberapa diantara mereka lebih tinggi jangkauan tendangan taekwondonya di banding ayah. Beberapa diantara mereka memiliki hutang lebih sedikit dari yang ayah punya. Lebih hebat, semua dari mereka tidur lebih teratur dari ayah. Percayalah nak.

Tapi nak, Taukah Saat ayah merengut di depan mereka, ada kumpulan kata ajaib yang keluar dari mereka “Kenapa boy? Laper? Ndak punya pulpen? Ndak kayak biasanya”. Pertanyaan itu tak cuma berhenti di situ, tak jarang serasak solusi ayah dapatkan dari mata mereka. Mata perhatian yang insyaALLAH sama-sama berjuang untuk Indonesia. Taukah kau nak, hal tersebut sebuah obat mujarab bagi ayah. Ayah tersentak. Serasa ada batu besar membentur tombol aktivasi semangat ayah.

Mereka mengajari ayah bahwa ayah belum benar-benar konsisten menggelorakan semangat, menyadarkan ayah bahwa ayah belum sepenuhnya memahami materi kuliah, ayah juga belum sepenuhnya dapat mengatur waktu dengan baik.

Satu poin sangat penting yang ayah dapatkan dari mereka, ternyata ayah belum sepenuhnya keren :D. Namun, ayah berusaha meng-keren-kan diri agar kau tak malu memiliki aku.

Nak, nanti jangan sia-siakan sahabat-sahabatmu yah.

Selasa, 25 Oktober 2011

Posting Komentar

Arsip Blog