Nak, bersama segelas kopi pahit, ayah ingin berucap padamu tentang hari ini. Tentang hari yang jam, menit dan detiknya telah ayah lalui. Tentang semua mimpi yang menyeruak karena serasah hari ini.
Hari ini, sudah 5 hari berturut-turut ayah sholat subuh tepat waktu, berjamaah di masjid!, ini rekor terbesar ayah nak. Rekor sebelumnya hanya 4 hari berturut-turut. Semoga rekor ini dapat naik ditambah hari esok menjadi 6 hari bahkan 7 hari!, sebuah rekor baru, yang mungkin bagi sebagian orang terlihat biasa namun luar biasa bagi ayah. Yang mungkin bagi sebagian orang mudah melakukannya tapi bagi ayah masuk dalam kotak yang cukup sulit (bukan sulit lho nak :D) bagi ayah. Biasanya sebelum terjadi rekor ini, turutan ini selalu putus oleh kemalasan.
Pencapaian luar biasa ini ayah ganjar dengan ubi manis, yak 1 kg ubi manis yang ayah beli selepas mengunjungi sekretariat organisasi ayah. Esok pagi akan ayah rebus untuk saur (ayo diversifikasi nak!).
Kau benar nak, ayah ndak soleh.
Hari ini, ayah belajar tentang Amerika (baca: Amerika Serikat) dari seorang dosen ayah. Ayah belajar bagaimana berkelit dari lilitan tuntutan riset yang didanai Amerika. Dosen ayah bercerita bagaimana negeri kita dalam posisi terjepit dan ndak punya pilihan. Negeri kita, yang dihadapkan pada pilihan-pilihan tanpa profitivitas yang paripurna.
Dari beliau juga ayah belajar bagaimana agar kita ndak selalu menyalahkan kebijakan pemerintah, karena pemerintah (yang sebenarnya) dalam posisi sulit. Posisi yang diwariskan oleh pemerintah sebelumnya yang terikat dengan banyak rerajut tuntutan dari sono dan sini. Tertarik? mari sama-sama belajar nak, sekaligus merumuskan solusi tentunya.
Hari ini, ayah telah benar-benar menikmati masalah yang (selama ini) mengepung ayah dari berbagai penjuru mata angin. Semoga ndak ada lagi kata keluh yang keluar dari kerongkongan ayah, kalau pun ada semoga ndak terlalu banyak. Amin.
Hari ini, tepatnya dini hari ini, ayah kembali memikirkan mu, dan (sedikit :D) memikirkan ibumu yang entah sedang apa dia sekarang, dimana dia dan siapa dia, ayah blank tentangnya nak, tepatnya sih berusah mem-blank-kan diri. Kelak jika kau sudah bisa mencuci sendiri kau akan mengetahui betapa menariknya bagian ini :D.
Hari ini meninggalkan berjuta-juta kesan nak. Namun ayah malu menceritakan padamu, malu, malu kalau kau tau kehidupan ayah saat muda, saat dimana hanya ada ambisi dan emosi untuk posisi.
Maaf nak, ayah ndak ideal, begitu banyak nafsi bermain pada pikiran ayah. Mari beristighfar nak. T.T
Posting Komentar