Kekaguman


Nak, mata ayah basah, 

Dihadapan ayah ada barisan orang berbaju kuning hijau berhias manik-manik yang meling-meling, menggerakkan tubuhnya kesana kemari, seragam seperti sirip segerombolan ikan yang bergerak streamline. Sangat jelas, garis-garis energi produk transformasi cinta di setiap kontraksi ototnya.

Lengkingan suara mereka hampir tidak bisa dibedakan dengan pecicitan suara burung camar pantai, menggema tidak terbataskan pada dinding pohon kelapa yang memburukkan nyanyiannya. Senyum mereka, oh senyumnya, senyum yang melegakan, seperti senyum Rahmad Darmawan saat Ferdinand Sinaga gagal mengeksekusi penalti sehingga Indonesia kalah, sehingga banyak orang basah matanya, seperti mata ayah. 

Nak, mata ayah berair, 

Kurang lebih 2 meter di depannya, seseorang berbaju ungu ketat, berkali-kali memelongokkan lehernya, sembari tak berkedip. Memegang Samsung Galaxy Tab, kameranya 5 MP-nya berkedip-kedip, tangannya ndak goyah (seperti se se semangat kita :D *kepalkan tangan nak!) merekam apa yang ada kurang lebih 2 meter di depannya. Disampingnya seorang perempuan dengan kaus casual dan bercincin banyak berulang kali mengatupkan telapak tangannya keras-keras hingga mengeluarkan prok... prok... prok...

Sebuah lukisan melankolis tentang kekaguman, terfokus pada orang-orang yang berbaris setengah jongkok, kurang lebih 2 meter di depannya.  

Ayah yakin di hati mereka ada bumbungan kekaguman terhadap nama sebuah negara besar yang tertulis di slide belakang orang-orang yang berbaris setengah jongkok kurang lebih 2 meter di depannya. INDONESIA. Di atasnya ada kumpulan huruf lagi SAMAN DANCE :D. 

Ada cinta ayah di segala hal tentang Indonesia :D

Selasa, 06 Desember 2011

Posting Komentar

Arsip Blog