Dulu ndak gampang percaya tentang yang namanya kehilangan leptop, kehilangan data-data di dalamnya, kayak kehilangan nyawa kata orang, eh ternyata itu bener. Bener-bener keren. Bener-bener mengajarkan sebuah perjuangan tanpa menghitung keringat, perjuangan yang berpangkal dari rasa ikhlas.
Sampai akhirnya harus mengawali semuanya kembali dari 0 kecil. Benar-benar ndak nyisa, habis kayak habisnya kalo minum kopi. Aku aja dulu ndak TK dari 0 kecil. Tapi aku TK tapi ndak bermula dari 0 kecil. Tapi Alhamdulillah, aku ndak butuh lama untuk recovery. Aku (tetap) bahagia.
Semangat itu kembali muncul saat bang Bachtiar, salah satu pembinaku di beasiswa menyuruhku berdiri, "ente, teriak man jadda wa jada, sekeras-kerasnya, sebanyak-banyaknya!" Agak ragu aku berdiri, berteriak, sampai mungkin beberapa orang diluar terganggu atas lengkingan ku "man jadda wa jada! man jadda wa jada! man jadda wa jada!". Cukup, duduk!. Sepertinya bang Bachtiar ndak tega urat suara ku putus.
Tiba-tiba semuanya menjadi harapan! harapan yang memercikkan api semangat yang semakin lama membersar, bahkan lebih besar dari api lidah matahari.
Semuanya berlalu, sampai mentari datang dan kembali pergi (lagi). Sampai tuts-tuts leptop baru kembali ditekan.
Sore ini, sebelum masuk kelas Ekologi Manusia, belum ngerjain tugas yang deadline-nya jam 3 tadi. Hasil pembacaan Indeks Glikemiks keluar. Dihitung dengan Polinomial. LINEAR! YEAH!
Allah, terus, terus, terus dan terus sayangi aku, janganlah buat aku bosan disayangi-Mu. *walaupun aku (kadang) tak menyayangi-Mu. T.T
One response to Bang Bachtiar!
Baru tau
Tetap senyum lebaaaaaaar
Posting Komentar