Ku kira aku mengertimu, ternyata ndak, eh, ternyata belum.
Kau memiliki 'hal' lebih dalam, yang ndak aku pahami, bahkan yang sama-sama kita pahami. Dalam sekali, hingga banyak individu lain menggeleng saat melongok pada mu, eh bukan pada 'kita'.
Ku kira aku memahami mu, ternyata masih jauh, seperti Kalianda dan Tana Toraja.
Jarak yang begitu lebar, padahal titik tolak kita sama, semua seperti mercusuar yang menyorot jauh dan berubah-ubah, ke kanan-ke kiri. Aku bingun. Kau juga bingung. Sama-sama seperti ndak mengertinya mengapa seperti ada perang antara Sarimi dan Indomie padahal berprodusen sama Indofood.
Ku kira aku merekatmu, ternyata ndak. Aku terlalu jauh.
Aku salah. Absolut salah. Bukankah memaksakan kehendak adalah satu-satunya ciri seorang egois?. Menantimu mendekat seperti anak-anak yang menanti beasiswa BUMN. Pasti, namun jauh, eh, amat jauh.
Tapi ada botol air minum yang mungkin dapat menampung semuanya :D
Posting Komentar