Hanya bangku kecil yang menopang
tubuh ringkih kami, beberapa bulir nasi yang tersisa di piring warna oranye
*yeah oranye, yeah oranye! Mana pendukung belanda? Mana? Mana?!!! #loh*
berusaha kami habiskan, melahap dengan sempurna, rezeki yang diberikan-Nya.
Bajumu agak kusut dengan terapan training dirimu tampak seperti orang
Garut. Jauh dari apa yng tertera di nama fb mu. Matamu merah, memendam perasaan
ingin tidur. Dekorasi SAL*M ujarmu kerika aku bertanya mengapa demikian.
Napas yang berat membuat mu nampak
seperti pengidap asma kronis *eh emang iya yah? Heuhehe, punten, punten :D.
Agak tiba-tiba, dirimu berujar “hati-hati
Yan bersikap, hati-hati, bisa jadi
omongan ‘cewek’ se-kampus!”.
Dirimu mulai bercerita, bahwa
ini, bahwa ini, bahwa ini, dan bahwa ini. Sampai di satu titik, ketika sambel
di piring kami habis, beberapa tetesan jeruk mengering, namun kau menitikkan
air mata, berulang kali berujar “nggak nyaman saya Yan”.
Semuanya kujawab dengan diam, tanpa
ada solusi. Karena aku yo ndak tau kalau di posisimu aku mau harus apa. Beberapa
kujawab dengan diplomatis dan normatif banget. Kayak anggota-anggota DPR jawab
pertanyaan wartawan.
Ah, andai dirimu tau boy, dari
dirimu aku banyak belajar, tentang totalitas sebuah pengorbanan, cuek dengan ‘anjing
yang menggonggong’, PD terhadap serbuah, dan mengatasi asma kronis.
Udah malem, saatnya pulang,
sembarai membawa sebuah pelajaran bahwa “ndak enak banget jadi bahan omongan
orang”.
Posting Komentar