Asma


Hanya bangku kecil yang menopang tubuh ringkih kami, beberapa bulir nasi yang tersisa di piring warna oranye *yeah oranye, yeah oranye! Mana pendukung belanda? Mana? Mana?!!! #loh* berusaha kami habiskan, melahap dengan sempurna, rezeki yang diberikan-Nya.

Bajumu agak kusut dengan terapan training dirimu tampak seperti orang Garut. Jauh dari apa yng tertera di nama fb mu. Matamu merah, memendam perasaan ingin tidur. Dekorasi SAL*M ujarmu kerika aku bertanya mengapa demikian.

Napas yang berat membuat mu nampak seperti pengidap asma kronis *eh emang iya yah? Heuhehe, punten, punten :D.

Agak tiba-tiba, dirimu berujar “hati-hati Yan  bersikap, hati-hati, bisa jadi omongan ‘cewek’ se-kampus!”.

Dirimu mulai bercerita, bahwa ini, bahwa ini, bahwa ini, dan bahwa ini. Sampai di satu titik, ketika sambel di piring kami habis, beberapa tetesan jeruk mengering, namun kau menitikkan air mata, berulang kali berujar “nggak nyaman saya Yan”.

Semuanya kujawab dengan diam, tanpa ada solusi. Karena aku yo ndak tau kalau di posisimu aku mau harus apa. Beberapa kujawab dengan diplomatis dan normatif banget. Kayak anggota-anggota DPR jawab pertanyaan wartawan.

Ah, andai dirimu tau boy, dari dirimu aku banyak belajar, tentang totalitas sebuah pengorbanan, cuek dengan ‘anjing yang menggonggong’, PD terhadap serbuah, dan mengatasi asma kronis.

Udah malem, saatnya pulang, sembarai membawa sebuah pelajaran bahwa “ndak enak banget jadi bahan omongan orang”. 

Selasa, 12 Juni 2012

Posting Komentar

Arsip Blog