Udah lama banget tertarik sama
ibu-ibu baya *selanjutnya disebut mbok* yang jualan di salah satu sudut jalan
pulang dan berangkat mahasiswa biasanya. Tembok berlin, sebelum masuk gerbang
Faperta. Jualan rempeyek, keripik, kacang goreng yang ndak dilepas kulit
airnya.
Udah lama banget pengen beli,
tapi rentang waktu yang kecil (biasanya masuk ke kelas buru-buru T.T) membuatku
membiarkan begitu saja. Mungkin hampir sama apa yang kualami dengan rekan-rekan
mahasiswa lain.
Sampe di suatu sela kuliah,
kesempatan beli. Baru aku tau kalau misalnya ibu itu pake sendal kanan dan kiri
beda. Baru aku tau kalo misalnya ibu itu punya fans anak kecil yang selalu
nunggu jagung pop (grontol kering), baru aku tau juga kalau peyeknya enak, enak
banget.
Peyeknya renyah tanpa sedikitpun
keraguan akan alot dan susah dikremes. Kacangnya dempet-dempet kayak
angka-angka kurang gizi di Riskesdas. Kacangnya sepotong-potong kecil jadi ndak
khwatir untuk mengganjal di tenggorokan karena kacang yang terlalu besar.
Ndak perlu juga kita khawatir
sama kandungan vetsin dan garam yang berlebih. Mantepnya lagi akan terjadi
komplementasi asam amino antara SAA kacang yang metionin dan SAA beras yang
lisin.
Ini karya cinta. Lahir dari tangan-tangan
ikhlas tanpa keinginan naik jabatan atau jadi presma.
Semoga, bapak-ibu-mas-mbak yang
disana punya kesempatan menyelam di rempeyek ini. Rempeyek cinta. :)
Posting Komentar