Rempeyek Cinta


Udah lama banget tertarik sama ibu-ibu baya *selanjutnya disebut mbok* yang jualan di salah satu sudut jalan pulang dan berangkat mahasiswa biasanya. Tembok berlin, sebelum masuk gerbang Faperta. Jualan rempeyek, keripik, kacang goreng yang ndak dilepas kulit airnya.

Udah lama banget pengen beli, tapi rentang waktu yang kecil (biasanya masuk ke kelas buru-buru T.T) membuatku membiarkan begitu saja. Mungkin hampir sama apa yang kualami dengan rekan-rekan mahasiswa lain.

Sampe di suatu sela kuliah, kesempatan beli. Baru aku tau kalau misalnya ibu itu pake sendal kanan dan kiri beda. Baru aku tau kalo misalnya ibu itu punya fans anak kecil yang selalu nunggu jagung pop (grontol kering), baru aku tau juga kalau peyeknya enak, enak banget.

Peyeknya renyah tanpa sedikitpun keraguan akan alot dan susah dikremes. Kacangnya dempet-dempet kayak angka-angka kurang gizi di Riskesdas. Kacangnya sepotong-potong kecil jadi ndak khwatir untuk mengganjal di tenggorokan karena kacang yang terlalu besar.

Ndak perlu juga kita khawatir sama kandungan vetsin dan garam yang berlebih. Mantepnya lagi akan terjadi komplementasi asam amino antara SAA kacang yang metionin dan SAA beras yang lisin.

Ini karya cinta. Lahir dari tangan-tangan ikhlas tanpa keinginan naik jabatan atau jadi presma.

Semoga, bapak-ibu-mas-mbak yang disana punya kesempatan menyelam di rempeyek ini. Rempeyek cinta. :)

Jumat, 01 Juni 2012

Posting Komentar

Arsip Blog