Hanya ada satu hujan yang
berbeda, yang ndak mainstream dari
yang lain, hujan yang dari tanah naik ke langit. Hujan ini ndak bermanfaat
apapun! Sekali lagi apapun! karena di langit, di langit yang biru, yang kata
Tresna lagit Gunung Gede banyak awan nimbusnya, ndak ada tanaman yang
membutuhkan air untuk fotosintesis. Eh ada ding hasilnya (hanya) teriakan
orang-orang sambil taekwondo sambil bilang wow!
Sekarang orang unmainstream mulai banyak. Emang sih
masih kalah jauh sama orang mainstream.
Aku seneng kalo pulang dari Slipi, di Cawang kalo antri tiket pada seneng (pake banget) antri euy. Jadinya kerasa adem gitu, kayak ada DAIKIN yang niup di belakang, kayak di Star Alliance Lounge. TAPI nih TAPI ya, kalo di Indomaret Pelabuhan Merak, ini dia masalahnya Gas! Kamu tu ndak pernah tauk! Aku tuh ndak pernah bener-bener tauk ~halah abaikan.Sampe mana tadi? Oh iya kalau di Indomaret Bakauheni, kok ndak pada mau antri ya?. Apakah karena mereka nasabah OCBC NISP yang bank nya sepi senyap ~apalagi OCBC NISP Padjajaran noh, yang ndak perlu antri untuk (sekedar) ngambil permen di teller?, atau mereka? Mereka?
Dalam posisi demikian aku bingung
menentukan mana yang mainstream mana yang un.
*arah tulisan ini kemana sih
sebenarnya?
Jadi gini, kadang kita sok-sok an
buat ndak mainstream, misal; Tahun baru tanggal 3 Januari 2012; Makan nasi pake
minyak goreng (aja); Pake keyboard laptop DVORAK; atau hal-hal lain yang kita
sendiri aja (sebenarnya sih) dalem hati risih melakukan itu.
Atau hal-hal lain lah, yang
(kayaknya) termasuk ndak mainstream, dan buat diri kita
jadi pusat perhatian orang (pola pemikiran terpusat pada diri pribadi), jadi pusat
dunia (yang ini ndak lah), jadi keliatan lebih punya pemikiran kedepan, lebih
visioner, lebih bisa meramal siapa yang jadi presiden di 2014, lebih bisa
menerka ke negara mana Piala Sudirman taun ini melayang, lebih tau makna “Park”
dalam bahasa Korea itu apa.
Jadi intinya cuma mau bilang ini
loh gua (yang sebenernya cuma) beda sama lu lu pade!.
Tapi deh, coba liat lagi, ada
gunanya ndak kita berbeda? Ada gunanya ndak kita koar-koar pake bahasa
non-verbal kalo kita ndak mainstream?
:D Tapi kalau berbeda untuk lebih baik, secara de facto dan de jure itu
baru kece!
~lagi suka sama Logo Reli Dakar
ceritanya
Posting Komentar