Ini kayaknya tulisan pertama di
kosan baru. Baru pulang jam 11 dan sekarang udah jam 1.14. Setelah seharian
dikejar semua hal berbau duniawi, citra, baik, keren, prestige dan
sekongkolnya.
Nafas ndak seperti lingkaran
agaknya, nafas laiknya seperti garis yang pasti berujung. Ujungnya dimana? Mungkin
diujung tulisa ini, mungkin diujung jalan ke kampus. Atau?
Kalau memang umurku sampai besok,
sampai besok-besoknya. Kalau ndak? Padahal aku punya janji untuk nganter invoice ke Arkadia, Rasuna Said,
Sudirman juga Merdeka Barat. Padahal full
paper dan bahan presentasi untuk simposium belum aku buat. Padahal aku lagi
ngerebus Mi Instan untuk makan. Padahal aku punya sejuta sekian kebusukan yang
orang ndak tau, yang orang tau aja banyak dan belum keinget untuk minta ampun sama
Allah. Padahal aku belum selesai membangun citra palsu baikku, yang agaknya sekarang
ini penting banget, aku ndak boleh ketinggalan sama orang-orang tuh.
Udah terlalu banyak kebusukan
yang aku buat. Udah banyak banget. Sampe hidung udah ndak peka lagi sama bau
busuk itu.
Allah, jadikan air mata ini tebusan
untuk ampun-Mu akan segala kebusukan kami. Tidak sebanding memang, tapi kami
punya apa? air mata (sementara) ini pun punya-Mu.
Posting Komentar