Baca di forum internet,
forum tentang airline, mulai dari hal yang general dunia aviasi, persaingan
brand pesawat, pengaturan harga tiket yang turut menjelaskan mengapa biaya
pesawat naik menjelang lebaran dan liburan sampai pada trip-trip yang (sangat)
mengesankan.
Agak tertegun ketika mbaca sebuah
kalimat,
Orang umroh atau haji mah, nggak terlalu peduli pesawatnya apa, ada PTV nya apa nggak, makanannya enak apa nggak, langit-langitnya bisa mood light nggak, pramugarinya cantik apa nggak? yang penting nyampe Jeddah, selamat untuk ibadah.
Kadang kita, khususnya aku
pribadi sering malah ngasih perhatian banyak, pada hal-hal yang (kalo menurut
orang umroh atau haji mah) cuma pernak-pernik sebuah perjalanan. Kalo aku mah,
PTV, makanan, mood light, pramugari adalah hal (sangat) penting dalam sebuah
airline.
Semisal, kalo misalnya suruh
milih bisa mana yang dipake untuk trayek Jakarta (Lebak Bulus)-Semarang
(Krapyak), ada Haryanto, Bejeu, Nusantara, Shantika banyak lah, dengan harga
tiket selisih 10ribu-an.
Ada sekitar 6-7 kali njalanin
jalan ini, kesemuanya aku Bejeu, kenapa? Ada hotspotnya!, bisa ngenet, dari
pertama kali naek, sampe jam 9 malem, lepas itu hostpotnya (di)mati(in) soalnya
T.T. Hal lain yang buat aku milih Bejeu adalah liverynya yang kayak lidah-lidah
api, jadi berapi-api gitu.
Tapi itu kan ndak salah?
Ndak bisa juga kita
nyalah-nyalahin orang cuma memilih sesuatu hanya karena yang satu memiliki
pernak-pernak lebih merlip dari pada yang lain. Ini dari pandang si pemilih,
dari pandang yang dipilih?. Bagaimana perasaan bus lain yang belum (mampu)
memasang hotspot di busnya saat tau bahwa aku pilih Bejeu karena ber-hotspot.
Bukankah yang terpenting dari
perjalanan, jalannya dapat dijalani, sampai tujuan?
Bukankah semua bis tadi punya
peluang yang sama untuk sampe tujuan dengan selamat, 50:50. Nyampe atau ndak
nyampe. Berarti kalo aku melakukan pengulangan sampai lebih dari 4 kali,
bukankah harusnya semua bis merasakan kunaiki sekali-sekali?. Ah mekanisme berpikir
macam apa Sep.
Iya, aku cuma mikir, kalau
misalnya memutuskan sebuah pilihan hanya karena pernak-perniknya, bukan
esensinya, bukan hal yang mesti dijadikan alasan untuk memilih, kita emm aku
agaknya terlalu naif.
Aplikasi:
(Memilih) jodoh misal, bukankah
mereka semua perempuan?, bukankah mereka semua solehah? (mana ada perempuan
yang soleh?), bukankah mereka semua cantik? (mana ada perempuan yang ganteng?),
bukankah mereka semua baik? (mana ada orang yang ndak baik di kampus, eh, di
negeri, eh di bumi Allah ini?).
Masak aku milih dia karena di
fans Tottenham, sama kayak aku J.
Posting Komentar