Oat

Ini aku habis baca koran Kompas. Kemaren, 2 hari yang lalu, aku punya uang 20rb minjem (maksa) dari Teguh, buat beli makan siang (porsi besar) 10 ribu, sisa 10 ribu, besoknya aku beli Kompas 3,5rb, jadi sisa 6,5rb. Terus gimana? Ya ndak papa kan? Toh kamu udah biasa idup susah. Tapi aku ndak akan mbiarin asupan protein, zat gizi makro dan mikromu defisiensi. Bahagia ndak harus naik CRV toh? Bisa ERTIGA atau cukup naik, naik maqam. Aku ndak ngerti banget esensi tingkatan maqam ini apa? Toh aku juga bukan termasuk orang yang mengedepankan orang lain hanya karena indikator yang aku buat, yang orang lain buat, bahkan yang kami buat. Indikator yang ndak pernah lepas dari tendensi manusiawi.

Ndak perlu kan bergaji sebesar penyerang Sergio Kun Aguero untuk menjadi juara balapan Tamiya. Sering-sering aja main sama Kak Awal, siapa tau diajarin cara ngelilit dinamo supaya Tamiya nya jadi kuenceng. Aku sama Kak Awal satu Asrama. Pas Asrama dulu aku sering banget tidur abis subuh. Kecuali kalo lagi ada syuro, syuro fakultas. Sekarang udah ndak ada syuro, tapi frekuensi tidur subuh udah jauh berkurang. Waktu ndak akan keulang, jangan pernah lengah, lakukan yang lebih bermanfaat dari sekedar nidurin baju yang belum disetrika.

Aku inget dulu aku ndak seneng banget makan namanya Buncis. Ah, idup di panti dengan sedikit paksaan menu makanan, kalau ndak mau ya ndak usah makan, kurang asupan kalori, ndak ranking 1, akhirnya logika itu jadi makan buncis. Aku sering mau kok walau cuma dikukusin buncis, dikukusin wortel, asal sama sambel goreng teri, sama nasi anget, sama air putih banyak-banyak. Ndak harus makan Quaker Oat yang haraganya sama kayak 4 kali saldo Multitrip ku sekarang hanya untuk memenui asupan 600g serat. Kita selalu punya pilihan, paling ndak memilih untuk ndak memilih.

Aku juga selalu percaya bahwa kualitas air minum isi ulang dan yang Asli AQUA atau Prima itu ada. Paling ndak, lihatlah dari tisu sanitaizer yang satunya bisa dibuat burung2an karena lebar, yang satu ndak. Bundaran HI udah beres loh renovasinya. Terakhir lewat situ aku duduk di kursi mobil sambil denger orang maki-maki. Karena salah balik arah. Akhirnya mbalik jauh sampe puteran Senayan haha. Ini WIN-HT kayak ndak punya konsultan politik, buat acara di tv-nya, pake tagline Kuis Kebangsaan sama apa gitu satunya, aku nontonnya, mending aku patah hati dah, eh ndak ding, mending non, eh mending patah hati deh dari pada nonton acara ntu.

Kota Batu kok namanya Batu yah? Padahalkan banyak Apel bukan Jambu Batu? Apalagi Jerawat Batu. Mungkin karena Banu pernah kesana. Banu, Banu Adi Permana, kepleset jadi Batu. Alhamdulillah, mungkin keberanian diperlukan awalnya untuk menawarkan pengelolaan bandara ke pihak ke 3, bukan lagi AP 1 atau apalagi AP 2. Manusia ngemprah, tanpa tanah warisan hanya akan membeku tanpa keberanian. Keberanian yang membuat kaki ini meraba untuk melangkah, walau sering terseok.

Aku menunggu besok untuk motong rambut, karena hari baik, jumat. Untuk mu, tiap hari termasuk hari baik kan? Kenapa masih (anggaplah, betah) menunggu?

Jumat, 27 Desember 2013

Posting Komentar

Arsip Blog