Kispray

Ini masih pagi, masih 8:44 am. Masih terlalu dini jika menyiapkan makanan berbuka. Masih terlalu muda untuk menikah. Masih terlalu awal jika terjatuh vonis bahwa semuanya sudah akhir. Masih banyak yang bisa dilakukan, seperti menengadah lalu tertunduk kembali. Oh ndak hujan. Matahari pagi ini terik. 

Pagi ini dengan kaos aku duduk, sama seperti beberapa hari yang lalu, sama seperti beberapa bulan, tahun yang lalu. Tapi ada yang beda kok, dengan rambut yang beda, dengan kaos yang beda, alas kaki beda dan moda transportasi beda (?). Beberapa hari, bulan dan tahun yang lalu aku masih suka wallpaper desktop Lee Chong Wei, hari ini aku ganti jadi default Windows 7. Ah, kadang yang biasa, biasa bersahaja, tanpa suar-suar silau, malah mengagumkan, kadang juga jadi amat mengagumkan. 

Iya benar, tanpa suar. Walau kadang menjadi penujuk arah, jaman GPS kayak sekarang suar lebih banyak menyilaukan. Hanya jadi tanda bahwa, ini loh cahaya gua. Tajam dan menjorok kelaut. Kamu harus tau dan ngeh kalau aku suar. Kalau aku punya trah dari Soekarno (?). Dengan sedikit analisa diksi, akan mudah sekali terbedakan mana suar yang punya rol kabel mana yang hanya mengandalkan colokan paralel nirkabel. Nirkabel maksudnya ndak ada kabelnya, bukan kayak listrik WiFi gitu. Seru kali yah kalo Android abis KitKat itu Lumpia. 

Setiap pagi adalah start untuk hari ini, sampai malam, sampai terlelap diatas keyboard. Ada yang terlelap diatas sajadah? Aku! Tadi malem. Bukan hehe, bukan abis muhasabah, tapi abis nyetrika, terus kispray-nya abis, terus setrikanya aku matiin, bajuku yang belum disetrika masih ada. Aku bangun baru jam setengah lima, pas bagian akhir adzan, ndak sempet saur. Aku nyetrika sambil muhasabah. Halah. 

Selalu ada kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya, kesempatan itu namanya hari esok. Kalimat barusan lebih epik kalo dibaca pas dini hari. Atau pas mau berangkat mudik. Eh, iya, dari postingan di atas belum ada bau-bau ramadhannya yah? Alhamdulillah di paragraf akhir ini keluar kata “mudik”. Semoga dengan kata mudik barusan, postingan ini lebih kelihatan soleh. Tapi buat apa kelihatan soleh kalau ndak pandai melipat baju? Ndak pandai membedakan mana pakaian yang seharusnya diletakkan di lemari bagian atas mana yang sebaiknya Ndak usah disetrika untuk alasan efisiensi.

Akhirnya, kadang kita harus setuju bahwa kuantitas lebih penting dari kualitas. Dalam kasus, kepemilikan pakaian dalam dan kaus kaki misalnya. He. 

Senin, 21 Juli 2014

Posting Komentar

Arsip Blog