Paragraf

Mata ku pedih malam ini, mungkin karena kurang tidur, bukan mungkin tapi iya emang. Menelusuri hingga jauh kehidupan akan membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa, bahwa hidup ini keras! Oh bukan bukan itu, bahwa rumput tetangga lebih hijau. Pun walau tetangga ndak memiliki banyak air mineral, rumputnya jelas terlihat lebih hijau.

Menelusuri kehidupan melalui berbagai macam situs blogging, situs micro-blogging, sampai forum terang benderang sampai remang, iya membawa kesimpulan bahwa rumput tetangga lebih hijau. Semakin pindah tulisan ke paragraf ini semakin menambah kesimpulan bahwa bukan hanya rumputnya yang lebih hijau, namun juga lebih rapi dengan lis kaca yang ndak bersuara ketika dibuka dan ditutup pintunya. Dengan akreditas lain juga menyerta pada rumputnya, aku semakin menunduk dan menyemprotkan KisPray berisi Downy ke daypack-ku, entah kenapa, aku merasa benar-benar “apalah aku ini”.

“Apalah aku ini” yang berbeda seperti yang dilafal dan maksudkan dengan yang biasanya jadi bahan joke pejabat kampus. Apalah aku ini yang tulus, yang memang dimulai dengan napas dalam-dalam. Diakhiri dengan pandangan lama keatas dan lama. Lama sekali, sampai harus aku harus menunggu Coldplay mengakhiri Paradise-nya.

Sebentar aku sholat malam dulu. Aku ndak konsen nulis kalau masih kepikiran bahwa aku harus sholat malam sebagai janji aku harus ungkapin syukur sama nikmat Allah. Aku lanjutin lagi yah. Perlu pindah paragraf ndak? Perlu kayaknya yah.


Menuju ke rumah mu, aku bergetar, sampai mengetuknya, dibuka, melihat mu malu, berbincang, menunduk, berbincang lagi, menengadah, mencari bahan, memutar otak, merasakan beberapa rasa makanan, membasahi tenggorokan, sampai akhirnya mengukur, berapa banyak yang harus aku siapkan?. Ah banyak yah. Ringan, selama dirimu memenuhi harapanku; ayo kita perjuangkan bersama. 

Senin, 08 September 2014

One response to Paragraf

  1. peacemaker says:

    Hijau,,hijauuu sekali :D

Posting Komentar

Arsip Blog