ASEAN

Beberapa sudah main game, game shark, aku dulu SMP main game shark, sekumpulan game yang enteng dan beberapa mirip-mirip dijadiin satu kaset, mainnya di tendo, kasetnya mahal, bukan merk blackboard. Terlambat memang sering, tapi bisa ndak sih kalau aku bilang, lebih baik terlambat dari pada punya maag kronis. Lebih mengkhawatirkan lagi adalah, punya, em punya penguasaan berlebihan terhadap segala sesuatu yang dikira kekal, padahal benda di dunia ini sifatnya duniawi, hanya kebermanfaatan yang kekal dibawa di alam yang sudah dijanjikan-Nya setelah mati. 

Sebelum beranjak tadi, sembari aku bergumam dengan Zakia bahwa, rezeki ndak akan tertukar. BTW, itu adalah endorfin, penenang. Siapa sih yang ndak mau jadi Melly Goeslaw? maksudku jadi kayak Melly Goeslaw, kebermanfaatannya, lewat lagu-lagunya atau hal-hal lain yang ndak kita ketahui dari beliau. Aku kadang ingat kadang tidak bahwa, kegagalan datang sepaket dengan kesuksesan, keberhasilan, atau kata-kata baik yang koheren dengan itu deh. 

Sebanyak apapun cokelat yang kita minum, ndak akan merubah kulit jadi cokelat juga, baik dari putih maupun sawo matang, maupun abu-abu kayak abis kelamaan berendem di kolam renang, kecuali kalau minumnya di samping matahari. Karena di bawah terlalu mainstream. Karena melakukan sesuatu hanya demi materi ndak salah, ah semoga dinilai ibadah dan manfaat. 

Melihat kembali momen dimana kita pernah terjatuh, melompat, merumput dan tergesek menjadi serpih yang hancur dan tidak terkenal sama sekali, sama seperti mamah, ndak terkenal kalau se-ASEAN. Sekilas saja, seperti  mencabaikan tahu dengan cabai bubuk. Pemberian perhatian terbaik kepada yang begituan adalah sesuatu yang masuk akal sekarang. Kalaupun memang Himalaya jadi alasan mengapa harta yang paling indah adalah keluarga. 

Hanya dengan memberi kita akan tau rasanya memberi. Lakukan sekarang, nanti, atau entar, atau kata buruk yang koheren dengan itu, ujung-ujungnya akan jadi, ndak jadi, ndak akan pernah terjadi. 


Jumat, 03 April 2015

Posting Komentar

Arsip Blog