P dan J


Alhamdulillah, udah ada angkot pagi ini, aku ndak perlu nunggu sampe beku. Dipinggir jalan Cisurupan, sendiri. Yak, naik, agak susah, botol minumku nyangkut di sisi pintu masuk. Seorang bapak-bapak bantu menggeserkan tas ku. Yak masuk, melangkah lebar timak-timik, duduk, berangkat!. Di sampingku, bapak-bapak yang tadi mbantu nggeserin tas.

Udara dingin buat lisan penumpang lain terkatup. Oh, aku baru sadar kalo persis dua jengkal di depanku, ada, ada PISANG!. Kupijit-pijit pisang ijo, keras. Karungnya coreng moreng cokelat karena getahnya. Harum getah pisang, aku begitu mengenalnya, merujuk pada memori 10 tahun yang lalu, di rumahku, Sukamaju, ini jenis pisang raja nangka.

Samping kiriku, dinding angkutan yang udah karatan coklat-coklat, kriet-kriet, memberikan kontribusi dingin bergidik pada lengen yang cuma dilindungi sampe siku sama katun lembut konveksi PENDEKAR. Samping kanan, awal tadi biasa aja, hanya perlu menekuk tangan agar tak bersinggungan terlalu erat dengan penumpang lain. Eh, tapi kok, makin

Berat yah? Oalah perlahan, ada yang romantis-romantisan sama aku. Kayak someone special gitu, bapak samping kananku menyenderkan kepalanya di pundakku. Plek. Sempurna bersender. Bundar kepalanya persis pas ada di lekukan leher ndak pundakku. Seperti teori lock and key-nya reaksi enzim. Pas banget!. 

Melekat dan bereaksi jika sisi permukaannya saling menutupi. Kayak huruf P dan J.

Semakin lama, kepalanya terbawa gravitasi bumi semakin ke pundak ku. Syaraf tidurnya semakin merelakan kepalanya untuk memberatkan pundakku. Membuat leher ini sulit untuk bergerak ke kanan. Kalau ke kiri bisa, tapi malah semakin memberikan lekukan ruang leluasa, bagi kepala bapak tadi.

Lambat, namun pasti, perasaan untuk membangunkan sembari memasang muka masam muncul diam-diam. Seperti jantunh pisang yang muncuk dari pucuk pohon paling atas.

Ah, ternyata bapaknya ndak pake sandal, telanjang kaki. lewat cahaya HP ini, aku juga liat bahwa celananya hanya dipotong, ndak dirapihkan dengan jahitan. Menjadi hanya tinggal ¾ dari ukuran normal. Ujungnya basah, mungkin bergesekan dengan embun pagi ini yang nyaris membekukan darah.

Leherku capek sih, tapi capek leher ku cuma untuk beliau satu orang. Sedangkan beliau? Jelas capeknya bukan hanya untuk 1 orang, ada istri, (mungkin) beberapa anak dan (mungkin juga) dan beberapa cucu.

Aku (mengusahakan diri supaya) ndak tega membangunkan beliau.

Ditulis di Elf Trayek Garut-Cikajang-Pamengpeuk via Samsung E3210 (Hp harga 300 ribuan, belum android, masih Java, bukan QWERTY, bahkan tipenya udah ndak ada di Buyer’s Guide Tabloid PULSA :p)


Sabtu, 21 Juli 2012

One response to P dan J

  1. P dan J
    kirain inisial apa gt kak,
    eh,,ternyata,,, :D
    susah ditebak

Posting Komentar

Arsip Blog