Sekarang aku tau Gunung Salak
kenapa dinamain Salak, bukan, bukan karena bentuknya yang mirip salak, bukan
karena banyak pohon salak juga, bukan juga karena banyak yang jual bubur biji
salak, apalagi karena disana banyak orang namanya Salak.
Ini karena, gunung itu, emm,
Gunung itu banyak mengandung dietary
fiber, kayak Buah Salak.
Sempet kepikiran ndak sih kita
capek ngurusin sesuatu? Aku sempet. Tapi kalo ndak dengan ini dengan apa aku
mengabdi?. Udah mulai cari jalan bagaimana seharusnya bukan bagaimana yang aku
pengen kayak apa. Sembari terus menyelaraskan apa yang aku pengen dan
seharusnya aku lakukan.
Menjadi anak adalah sebuah
pengabdian, tanpa syarat, tanpa meminta kembali. Ibaratnya matahari yang udah
ngaktifin Pro-vitamin D jadi Vitamin D, posisi anak adalah Vitamin D yang harus
segera meregulasi keseimbangan Ca dan F antara tulang dan darah. Kalau Vitamin
D menyemenye, ndak becus regulasi, siap-siap aja osteoporosis.
Mungkin bener, hal tersulit
baginya adalah meminta bantuan, tapi bukan berarti ndak butuh bantuan kan?. Belum
pernah kan aku di posisinya? Posisi yang atas, yang akan menjadi contoh, tentu
sangat presisi menentukan apa yang harus dilakukan.
Capek sih, tapi apa iya capek?
Akankah senyumnya belum menentramkan mu? Atau, oh aku tau, atau ambisi untuk
ego lebih besar dari dirinya. Ego yang meluluhlantakkan sifat alamiah seorang
manusia, yang membuat manusia semakin ingin lebih dan lebih. Ego yang timbul
dari gesekan akselerasi karir di sekitarnya. Padahal kan rencana Allah jauh
lebih indah. Indah kayak Mahameru. Surya Kencana juga.
Ego jualah yang menghempaskan hal
yang seharusnya ia lakukan dibawah tangga ambisi.
Sekarang aku tau, belum saatnya
aku memikirkan itu, sedikitpun. Aku masih harus mengabdi, padanya, padanya yang
berselimut biru, biru laut.
3 responses to Salak
bingung, maksudnya apa sih?
oiya,, ciee,,tampilan blog baruuu
@mbak ichi: emang bukan untuk dimaksud-i mbak :D
Posting Komentar